Ketika berbicara tentang keamanan data, banyak dari kita mungkin bertanya-tanya: apakah blockchain benar-benar lebih aman dibandingkan sistem penyimpanan data tradisional? Untuk menjawab pertanyaan ini, kita perlu melihat beberapa perbedaan mendasar antara kedua teknologi ini.
Sistem tradisional sering kali mengandalkan server pusat untuk menyimpan data. Jika server ini mengalami masalah, seperti diretas atau rusak, data bisa hilang atau disalahgunakan. Selain itu, data yang tersimpan dalam satu tempat menjadi target yang sangat menarik bagi peretas. Sebagai contoh, ada banyak kasus di mana perusahaan besar mengalami pelanggaran data besar-besaran karena kelemahan dalam sistem pusat mereka.
Di sisi lain, blockchain mendistribusikan data ke banyak node di seluruh jaringan. Ini berarti tidak ada satu titik pusat yang bisa diserang. Jika seorang peretas ingin mengubah data dalam blockchain, mereka harus menguasai lebih dari separuh jaringan, yang dalam kebanyakan kasus sangat sulit dilakukan. Ini membuat blockchain jauh lebih tahan terhadap serangan.
Selain itu, teknologi blockchain menggunakan metode konsensus. Artinya, setiap perubahan atau penambahan data harus disetujui oleh mayoritas jaringan. Tidak ada satu entitas yang bisa memutuskan sendiri, berbeda dengan sistem tradisional di mana administrator memiliki kendali penuh.
Dengan semua keunggulan ini, tidak heran jika banyak perusahaan mulai beralih ke teknologi blockchain untuk menjaga keamanan data mereka. Namun, bukan berarti blockchain adalah solusi yang sempurna. Ada tantangan seperti skalabilitas dan konsumsi energi yang perlu diperhatikan. Tapi jika fokus kita adalah pada keamanan, blockchain menawarkan solusi yang jauh lebih tangguh dibandingkan sistem tradisional.